Sentra Bata Merah di Kabupaten Bandung? Ada di Kampung Sukawangi Desa Jelegong Kecamatan Kutawaringin. Bila Pembaca hadir di kampung ini, Anda akan melihat kepulan asap pembakaran, pasir merah dan tumpukan batu bata nyaris di sepanjang jalan.
Membuat Bata Merah di Kampung Sukawangi Sejak 1978
Warga Kampung Sukawangi yang bergerak di bisnis produksi bata merah semakin berkembang dan rata-rata usaha tersebut dilakukan secara turun temurun. Sebagai contoh, Aep Saubari (63) yang memulai usaha pembuatan bata merah sejak 1978. Aep menggantungkan penghasilan dengan membuat bata merah semenjak anak pertamanya lahir hingga sekarang dengan 7 anak dan 9 cucu.
Pada awal membangun usaha, bahan baku berupa tanah liat Aef dapatkan di desa sendiri. AKan tetapi sekarang pak Aef harus membeli bahan baku yang bersumber dari Gunung Korehkotok Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat, satu daerah yang berbatasan dengan Desa Jelegong.
Foto: Humas Pemkab BandungMenurut Aef, ketersediaan bahan baku akan terhambat bila di musim penghujan. Sebab, saat mobil akan mengangkut bata merah harus naik gunung sementara jalanannya licin.
“Kalau musim hujan seperti sekarang, bahan bakunya agak telat. Saat mobil naik gunung agak licin. Kalo dulu tanahnya kan langsung ada di sini, enak tinggal bikin, gak ada kendala kalo pun hujan," ungkap Aef.
"Sekarang tanahnya habis buat ‘nyaeur’ jalan tol, jalan by pass makanya cepat habis,” imbuhnya.
3 hingga 4 orang karyawannya mampu mencetak 5 ribu buah bata basah per hari jika bahan bakunya tersedia.
"Untuk pencetakan kami menggunakan mesin khusus pemotong berbahan bakar solar. Sedangkan untuk upah cetaknya sebesar 85 per buah. Selain tanah liat, kayu dan gabah untuk bahan bakarnya juga harus dibeli." ujar Aef.
Setelah dicetak, bata disusun untuk dikeringkan lalu mereka bawa ke tempat pembakaran. Saat proses pembakaran mampu mencetak sebanyak 15 ribu buah bata kering dalam waktu sekitar 2 hari 3 malam.
Proses pembakaran merupakan hal yang wajib untuk dilakukan agar menghasilkan bata yang berkualitas. Dan untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar dan gabah sudah ada penyuplai. Ada beberpa pembagian upah, seperti; upah pengangkutan ke tempat pembakaran, upah pekerja yang membakar, dan upah pencetakan.
Keseluruhan waktu untuk memproduksi bata merah selama dua pekan. Untuk percetakan selama sehari, pembakaran selama dua sampai tiga hari, dan sisanya yang paling lama adalah proses pengeringan sebelum bata dibakar.
Dalam sebulan, hanya bisa melakukan 2 kali pembakaran bata merah. Menyoal harga, Aep mematok 650 rupiah per buah. Dirinya lazim memasarkan bata merah yang diproduksi ke seluruh wilayah Bandung Raya. Dan di Kampung Sukawangi terdapat sekitar 100 orang pengrajin bata merah.
Aef dan teman-teman pengrajin bata merah memiliki pelanggan paling jauh dari Bogor dan Cianjur, Dan paling banyak pembeli datang di wilayah Bandung Raya.
“Pengiriman bata merah paling jauh itu ke Bogor dan Cianjur, tapi paling banyak dari wilayah Bandung Raya. Selain bata merah, warga kampung ada juga yang usaha konveksi. Termasuk saya di rumah punya usaha rajut juga. Hanya keahlian warga sini kebanyakan lebih ke bata merah,” ucap Aep.
Aef memiliki harapan di masa yang akan datanf bahwa Desa Jelegong membangun koperasi bata merah guna solusi akses permodalan usaha bata merah semua warga kampung Sukawangi. Sebab menurutnya, sampai saat ini belum ada peluang akses permodalan.
"Saya mewakili warga, memohon kepada pemerintah agar mendirikan koperasi bata merah,” tutup Aep.
Posting Komentar