Ahmad Ali Lakukan Riset Pendidikan di Sekolah LDII Jawa Barat — Wakil Sekretaris Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman-MUI (LPBKI-MUI) yang juga Cendekiawan Muslim, Ahmad Ali, berkunjung ke sekolah-sekolah di bawah naungan LDII Jawa Barat.
Kunjungan ini bertujuan untuk riset sistem pendidikan di LDII. Ahmad Ali mengunjungi Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Nurul Hakim di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, dan Yayasan Bina Insan Baitul Manshurin di Kabupaten Bandung.
Yayasan ini menaungi TK Al-Asthoriyah, SD Unggulan Baitul Manshurin, SMP Unggulan Baitul Manshurin, dan SMA Pondok Schooling Darul Ilmi (PSDI). Ahmad Ali juga mengunjungi SMP Plus - SMK Rasana Rasyidah di Kabupaten Garut.
Dalam kunjungan di Garut, hadir Ketua DPW LDII Jawa Barat KH. Dicky Harun, Ketua DPD LDII Garut Endang Sugiri, Dewan Penasehat DPD LDII Garut Oop Opidin Yudiansyah, dan Ketua Yayasan Rasana Rasyidah Tantan Rustandi.
Saat dihubungi, Kamis 4 Juli 2024, KH. Dicky Harun mengatakan, kontribusi LDII untuk bangsa dan masyarakat dalam sepuluh tahun belakangan mulai merambah sektor pendidikan.
Di antaranya dengan mendirikan sekolah-sekolah mulai tingkat PAUD/TK, SD, SMP, SMA/SMK, hingga perguruan tinggi. Sekolah-sekolah ini mayoritas menggabungkan pendidikan umum dan pondok pesantren.
"Perguruan tinggi juga sama seperti itu. Sehingga ketika mereka lulus, selain mendapatkan ijazah sekolah atau perguruan tinggi, juga lulus sebagai mubalig," paparnya.
KH. Dicky menambahkan, generasi muda LDII diharapkan bisa berperan aktif dalam menyambut dan mengisi Indonesia Emas 2045.
"Lulusan sekolah dan perguruan tinggi di bawah naungan LDII diharapkan menjadi generasi muda profesional religius yang siap untuk berkontribusi baik melalui pekerjaan maupun kegiatan sosial di masyarakat.
Mudah-mudahan mereka bisa berperan aktif dalam menyambut dan mengisi Indonesia Emas," harapnya.
Ketua Yayasan Rasana Rasyidah, Tantan Rustandi, menjelaskan bahwa sekolah mereka dikenal karena pendekatannya yang mandiri dalam pendidikan, yang tidak hanya fokus pada aspek akademik.
Sekolah ini juga mengintegrasikan pembelajaran dengan program kemandirian ekonomi kearifan lokal seperti peternakan domba Garut proyek dengan Bank Dunia yang menghasilkan produk olahan domba Garut.
Selain itu, ada budi daya jamur dengan produk turunan jamur krispi, dan perkebunan jeruk garut reborn.
"Kami juga melakukan penyulingan minyak sereh wangi kualitas ekspor yang menghasilkan produk turunan seperti sabun cair triseka yang menjadi pemenang lomba di program One Pesantren One Produk (OPOP) tingkat Jawa Barat," katanya.
Lembaga pendidikan ini juga membuat karbol pembersih dan pengharum lantai, bunga mas sebagai bahan serum kecantikan, budi daya padi, bawang merah, anggur, dan sayur hidroponik.
Profit dari produk tersebut digunakan sebagai biaya operasional sekolah," paparnya. Tantan menambahkan, tenaga pendidik yang terlibat di sekolah ini tidak hanya warga LDII saja, tetapi juga melibatkan tenaga-tenaga profesional luar LDII.
Tenaga profesional tersebut memiliki keahlian dan kompetensi di bidangnya masing-masing, baik guru, staf, bahkan kepala sekolah. "Kepala sekolah SMP dan SMK bukan dari lingkungan LDII. Ini menunjukkan inklusivitas dan keberagaman dalam kepemimpinan pendidikan di LDII," imbuhnya.
Tantan melanjutkan, kerjasama dengan instansi pemerintah seperti Kodim dan Telkom menjadi salah satu kekuatan sekolah ini dalam membangun ekosistem pendidikan yang berkelanjutan dan berintegrasi dengan instansi pemerintah.
Ahmad Ali Lakukan Riset Pendidikan di Sekolah LDII Jawa Barat
"Kami bukan hanya melatih siswa untuk menjadi pemimpin masa depan, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk berkontribusi secara nyata bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Dengan pendekatan yang holistik dan inklusif, sekolah ini menjadi model bagi pendidikan yang berkelanjutan dan relevan dengan kebutuhan zaman," timpalnya.
Menanggapi hal itu, Ahmad Ali memuji pencapaian sekolah penggerak yang terakreditasi A ini dalam pendidikan dan ekonomi. Ia juga menggarisbawahi pentingnya nilai-nilai keislaman dalam pendidikan modern.
"Dengan mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan pembelajaran praktis, SMP, SMK Plus Rasana Rasyidah menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, menciptakan siswa yang tidak hanya berkualitas akademik tinggi, tetapi juga memiliki kepemimpinan moral yang kuat," jelasnya.
Posting Komentar